Minggu, 12 Februari 2012

Menjadi seorang dirigent

Seorang calon Dirigent harus memiliki Musikalitas atau rasa pendengaran musik yang baik, setidak-tidaknya dapat merasakan tinggi-rendahnya nada (Pitch) ataupun perbedaan bunyi antar nada (Interval). Namun tidak berarti harus memiliki pendengaran yang mutlak atau nada Absolute, seperti halnya nada mutlak pada alat Garpu tala (Tuning Fork) ataupun lainnya (Stem Flute).
Pada dasarnya seorang Dirigent harus mampu mempengaruhi orang lain (suggest) untuk dapat mengarahkan para penyanyi Paduan Suara menyanyikan lagu sesuai dengan Ekspresi lagu yang dimaksud.
Seorang dirigent harus memiliki kesabaran dan sikap tenang , tidak boleh panik,gugup dan gelisah, karena hal ini dapat berpengaruh pada konsentrasi yang dirasakan para penyanyi paduan suara.
Jadi kesiapan dan kemampuan dirigent dalam menguasai lagu sangatlah diperlukan, selain juga kemampuan mengorganisasi orang banyak (audience) dan penyanyi , serta memilikii kepekaan social emotional terhadap para penyanyi.

II.          Pengetahuan yang Harus Dipelajari
                                                  
“Setiap Paduan Suara bernyanyi, berbicara , dan berekspresi sebagaimana Dirigennya!”
Untuk itu seorang calon dirigent haruslah dapat memiliki kemampuan bagaimana membentuk suara. Meskipun seorang dirigent tidak dituntut memiliki keindahan suara, namun iasendiri harus mengetahui teknik bernyanyi dengan bermacam-macam ekspresi, agar ia dapat menunjukkan contoh detail yang dimaksud. Dengan demikian demikian ia dapat mengarahkan hal yang yang dimaksud kepada para penyanyinya.
Seorang dirigen haruslah belajar untuk menguasai hal-hal Teknik yang berkaitan dengan pengetahuan Musik: Teori Musik, Ilmu Harmoni, Komposisi Musik, Arrangement, dan sejarah musik, agar dapat mengorganisasi, mengkategorikan  dan mementaskankan gaya musik yang berlainan. Selain itu juga dituntut memiliki wawasan musik (Komposisi, teks,/ repertoire lagu) dan pengalaman bermusik yang cukup luas. Sangatlah menunjang jika menguasi salah satu instrument musik, terutama Piano.




III.        TEKNIK MEMBERI ABA-ABA  (Conducting)

Latihan memberi Aba-aba merupakan dasar yang paling penting bagi seorang dirigen. Aba-aba yang kurang sempurna dapat memusnahkan apa yang telah dipersiapkan dan dilatih dengan susah payah. Aba-aba haruslah jelas dan sederhana, di samping memperlihatkan irama sebagai bagiandari dasar musik, tetapi juga dimaksudkan untuk mengingatkan kembali teks dan intonasi yang merupakan ungkapan ekspresi dari lagu yang dimaksud.

1.         SIKAP BADAN

Setiap gerakan badan dan sikap dari seorang dirigen, harus mengacu pada ekspresi lagu atau musik yang akan dibawakan.  Namun juga perlu diperhatikan semua gerakan yang tidak sesuai/berlebihan yang dapat mengganggu konsentrasi para penyanyi dan penonton haruslah dihindari.

Beberapa Sikap yang perlu diperhatikan dalam meberi Aba-aba :
a.            Sikap badan seluruhnya harus ringan dan tenang (relax),  sikap kepala jangan kaku,
b.            Gerakan aba-aba harus dirakan dalam badan seluruhnya, mulai dari kaki, sampai ke tangan dan kepala.
c.            Posisi kaki, salah satu kaki maju sedikit ke depan  dengan kedua tangan diikutsertakan dalam memberi aba-aba hingga seluruh badan menjadi seimbang (bukan simetris)
d.            Jika gerakan aba-aba dan ekspresi kedua tangan belum sempurna terlatih, maka bolehlah kedua tangan bergerak sama, dari pada satu tangan didiamkan yang akan terlihat separuh badan terasa kaku/mati.
e.            Gerakan aba-aba tidak cukup tangan, tetapi juga kepala dan pandangan mata yang mengarah ke penyanyi paduan suara.
f.              Pandangan harap menyeluruh dan berwibawa, jangan memperlihatkan rasa malu, takut, dan tidak percaya diri.
g.            Pandangan mata harus selalu menjaga kontak dan konsentrasi dengan paduan suara, serta membantu menyemangati penyanyi.
h.            Gerakan tangan dan jemari harus ringan dan fleksibel.

I.              ABA-ABA DASAR

1.         Sikap “KONSENTRASI”
           
            Saat sebelum suatu lagu mulai dinyanyikan adalah saat yang diperlukan untuk penuh konsentrasi. Konsentrasi ini berarti :
a.    Dirigen harus memusatkan perhatian pada musik yang akan dinyanyikan hingga ia sendiri merasa dijiwai olehnya.
b.    Dirigen harus menguasai badannya sendiri hingga tangannya, kepalanya, sikap wajahnya dan seluruh badannya mampu mengungkapkan jiwa dari musik/lagu yang akan dinyanyikan.
c.    Dirigen harus memaksa para penyanyi dan pemusik untuk memperhatikan dirinya, hingga tanda-tanda dan aba-aba yang sekecilpun dapat dirasakan dan menghasilkan reaksi yang diinginkan.

2.            Sikap “SIAP”

Agar konsentrasi dapat dicapai, maka Dirigen mengangkat tangannya dalam sikap “SIAP”.
Sebagai gambaran yang mungkin dapat membantu Dirigen melaksanakan sikap “SIAP”, yakni dengan membayangkan bahwa dirinya berdiri di atas kereta kuda perang yang ditarik oleh kuda-kuda yang agak galak. Jadi diibaratkan Dirigen adalah Kusir yang memegang kendali untuk menguasai kuda-kuda itu agar mengikuti arah dan kecepatan yang dikehendaki.
Seorang Dirigen harus memiliki kehendak dan percaya diri yang kuat; ia tidak boleh mengikuti kehendak penyanyi/pemusik apalagi bersikap “memohon” yang kesannya seakan-akan ia  membutuhkan bantuan, Sikap ini tak akan berhasil menguasai para penyanyi/pemusik.
Untuk itu dibutuhkan seorang penguasa yang tenang, penuh keyakinan, dan percaya diri tinggi yang dapat menguasai massa dengan dipaksa datang kepada pemimpinnya (strategi psikologi massa)




Berapa lama sikap “SIAP” itu harus berlangsung ?

Yakni, sampai konsentrasi para penyanyi paduan suara/pemusik dan para penonton mencapai puncaknya. Pada saat itulah gerakan pendahuluan (insetting) harus masuk memulai – janganlah ditunda walau satu detikpun, agar konsentrasi tidak hilang, hingga Dirigen terpaksa menantikan puncak konsentrasi baru.
Kapan puncak konsentrasi tercapai ? adalah hal rasa dan pengalaman berekspresi yang dapat dilatih terus menerus secara ekspresif.

3.            Meresapi Musik
Setelah sikap “Siap” selanjutnya kita berkonsentrasi dan mengambil nafas. Namun bukanlah nafas biasa, tetapi nafas yang dipergunakan untuk bernyanyi. Nafas adalah termasuk unsur penting untuk membentuk suara, maka perlulah kita menyadari bahwa nafas ini nanti akan menghidupkan musik yang akan kita lagukan. Sebagai latihan, pertama-tama nafas seluruhnya kita keluarkan, lalu kita tunggu sebentar dan kemudian kita ambil nafas sambil membayangkan ke dalam bahwa kita tidak hanya menghirup udara tetapi meresapi ke dalam batin kita. Artinya kita perlu berkonsentrasi pada lagu yang akan dinyanyikan (tenang, hidup, dsb.)

4.            Aba-aba Satu Pukulan per Birama

5.            Aba-aba Dua Pukulan per Birama

6.            Aba-aba Empat Pukulan per Birama

7.            Aba-aba Tiga Pukulan per Birama  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar